Cuaca hari ini begitu bersahabat. Matahari tak kelihatan. Angin semilir berhembus menyejukan badan. Orang-orang memulai aktivitas pagi ini, lalu-lalang
Di ujung kaki jembatan terdapat sebuah meja yang terbuat dari triplek tipis bertopang krat-krat minuman. Diatas meja tersebut dijajakan berbagai majalah dan koran serta gantungan kunci dengan macam-macam bentuk. Beberapa meter setelah itu terdapat aneka kaos lucu seharga 20rb. Tepat disebelahnya terdapat penjual payung dengan berbagai macam model dan warna. Setelah mendaki 40 anak tangga,di ujung kanan jembatan ini terdapat penjual aksesoris handphone. Penjualnya seorang laki-laki tambun mengenakan kaos hitam berkerah dan celana jeans lusuh.
Di sepanjang jembatan ini ada satu bagian dimana terdapat dua anak tangga untuk menuju jembatan yang lebih tinggi. Ditangga ini setiap paginya ada seorang kakek tua yang duduk dengan bertopang dagu ditelapak tangan yang bertumpu pada kedua lututnya. Ia mengenakan kemeja garis-garis biru kehijauan dan celana panjang abu-abu yang dilipat hingga atas lutut. Disebelahnya mata kakinya terdapat sebuah peci yang dijadikan tempat untuk menampung sedekahan yang diberi orang.
Di jembatan ini juga terdapat jualan sandal jepit merk converse. Tentunya bukan converse asli. Tak jauh setelah itu,kita akan menemukan seorang bapak tua berjualan tissue dan rokok. Dia akan menawarkan barang dagangannya pada siapapun yang lewat.
Didekat sini, kanopi-kanopi sudah terlihat bolong-bolong. Tidak memberi kesempatan matahari untuk bersembunyi, dan membiarkan hujan turun membasahi. Di bawah jembatan ini, ada sebuah sungai besar yang warnanya menghitam, sampah-sampah menggenang dan jika hujan tidak turun, maka airnya diam bisu, tak mengalir dan terkadang menimbulkan bau.
Jembatan ini membawa banyak cerita. Bukan hanya pedagang-pedagang biasa, tetapi dibalik semua itu ada kehidupan-kehidupan yang tak terjamah orang biasa.