<meta name='google-adsense-platform-account' content='ca-host-pub-1556223355139109'/> <meta name='google-adsense-platform-domain' content='blogspot.com'/> <!-- --><style type="text/css">@import url(https://www.blogger.com/static/v1/v-css/navbar/3334278262-classic.css); div.b-mobile {display:none;} </style> </head><body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d5591682808013880391\x26blogName\x3d::butterfly.flies.in.the.sky::\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://kupukupulangit.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_GB\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://kupukupulangit.blogspot.com/\x26vt\x3d1374428785504328993', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>



archives

♥December 2008
♥July 2009
♥August 2009
♥September 2009
♥October 2009



♥20090922

Cintamu. Memahami. Mengerti aku. (FIKSI)

“Aku akan tunggu kamu sampai besok malam. Kalau kamu gak datang, maka aku akan pergi dari hidup kamu. Selamanya. Aku janji.”
“Do, kamu gak bisa giniin aku. Dulu kamu udah memutuskan untuk meninggalkan aku, dan kini kamu balik lagi gitu aja. Aku gak akan pernah datang untuk laki-laki seperti kamu, Do.”

****

Maka, wanita itu berjalan menyusuri sebuah lorong yang panjang. Meniti setiap pintu yang terlewati, menacri pintu yang ia cari. Pintu yang dibaliknya, seseorang sedang menunggunya. Seorang lelaki yang dulu pernah dicintainya, atau masih dicintainya. Kamar 731. Berulang kali ia memencet bel di depan pintu, tak satupun membukakan pintu. Jemari dengan penuh keyakinan menyentuh daun pintu, mencoba membuka pintu, yang ternyata tak terkunci. Ketakutan bersemai dalam diri. Betapa kurang ajarnya aku, masuk kamar seenaknya. Namun apa yang berkumandang di hati kecilnya berkata lain, menggerakkan tubuh itu masuk ke dalam kamar.
Ia dapati lelaki yang sangat ia cintai berdiri tegap menghadap jendela. Menyadari wanita itu di dalam kamarnya, ia tetap tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari jendela. Wanita yang semula ragu, kini dengan yakin menghampiri si lelaki. Memeluk tubuh lelaki itu dari belakang, bersandar pada punggung yang begitu hangat. Berusaha meraih apa yang dulu hilang dari genggamannya.
Tubuhnya bergetar, menangis bisu. Hanya airmata menganak sungai di pipi. Tak ada isak. Tak ada suara. Lelaki yang begitu tegap, yang semula diam lalu mengalihkan pandangan dari jendela. Ia pejamkan mata. Meresapi air mata wanita itu membasahi bajunya. Menggenggam erat lengan yang melingkar di pinggangnya. Hingga ia berbalik. Menatap wajah wanita yang ia cintai, teramat cintai. Yang dulu dengan bodohnya ia sakiti.
“Rana, maafkan aku.”
“Iya,Do. Yang penting kamu udah di sini. Kamu udah kembali, Do.” Wanita itu tersenyum. Merasa perkataannya adalah jawaban. Dari sejuta tanya yang dulu tersimpan.
“Selama ini aku terus mencintai kamu, dan ternyata aku gak sia-sia,Do. Kamu gak akan pergi lagi kan, Do. Iya kan?”
Lelaki itu terdiam. Rasa bersalah menghinggapi diri. Membuat air mata mengalir di ujung mata. Ia memandang wanita itu dalam-dalam. Lurus menelusuri jejak hati. Menangkupkan kedua telapak tangan di pipi.
“Na…”
“Jangan lagi,DO. Yang kemarin bilang gak mau datang itu hanya ego aku,Do. Setulus hati aku masih sangat menginginkanmu. Ardo…..jangan diam.”
Rana menggenggam sebelah jemari yang berada di pipi. Merasakan kehangatan yang dulu pernah dimiliki. Bertanya-tanya dalam hati, apakah rasa ini masih sama. Dan mencumbu jemari yang dulu selalu setia menjaga.
Sebuah kenyataan menjawab pertanyaan. Kenyataan bahwa kehangatan telah berubah menjadi dingin. Sebuah cincin melingkar di jarinya manisnya, dan lelaki itu masih terdiam. Wanita menunggu penjelasan. Namun, bibir lelaki itu terkatup rapat.
Tangisan itu kini tak lagi bisu. Diiringi isak dan suara bergetar.
“Kamu kembali hanya mau memamerkan cincin ini padaku?”
Dan lelaki itu masih terdiam. Dilepaskannya kedua telapak di pipi. Didorongnya tubuh lelaki itu menjauh. Lalu ia terjatuh. Terduduk, dalam hati yang terpuruk.
“Pergi,Do. Jangan kembali lagi. Sekalipun aku bersumpah untuk selalu mencintaimu, tapi kamu bukan untuk aku. Ijinkan aku menghadapi kenyataan. Dan melupakanmu.”
Lelaki itu mendekat, memapah wanita itu berdiri dan merapat. Tangis itu tak terbendung. Lelaki itu membawa wanita dalam rengkuhan. Lagi. Meresapi tangisannya. Menangis dalam waktu bersamaan.
Wanita itu melepaskan tubuhnya dari pelukan. Wajah lelaki itu mendekat. Hingga mereka tak lagi mterasa bernafas sendiri. Tetapi bersama. Bertukar udara. Bertukar air mata. Dan lalu ketika bibir keduanya merapat, waktu memahami dan membiarkan segalanya terhenti. Detik itu saja, kala itu saja. Hanya kecupan sesaat. Berakhir dengan perpisahan yang membuat hati tersayat.
“Maafkan aku. Kali ini saja, pahami aku. Seperti aku paham akan kamu.”
“Cintai aku…”
“Seperti cintamu akan aku….?”
“Pahami aku dengan cintamu…”
“Seperti cintamu yang memahamiku.”

written at♥19:40